Niamey, Semua sekolah di ibukota Nigeria, Niamey dan sekitarnya ditutup akibat adanya wabah meningitis yang semakin meluas. Wabah tersebut telah mengakibatkan sekitar 85 orang meninggal dunia tahun ini. Endemis meningitis yang terjadi juga menyebabkan sekolah ditutup sampai Senin ini.
Dikutip dari BBC pada Senin (27/4/2015), minimnya jumlah vaksin yang ada untuk mencegah penyakit menyebabkan wabah meningitis menyebar. Menurut salah seorang pihak yang berwenang, dosis vaksin yang ada saat ini sangat minim padahal vaksin ini dibutuhkan untuk semua anak usia 2 hingga 15 tahun.
Berdasarkan catatan WHO (World Health Organization) bahwa meningitis dapat menyebabkan kerusakan otak parah dan fatal pada 50 persen kasus di dunia jika tidak diobati. Sub-Sahara Afrika memiliki 'ikatan' yang kuat pada penyakit ini yang membentang dari Senegal ke Ethiopia dengan jumlah kasus meningitis yang tinggi.
Menteri Kesehatan setempat mengatakan bahwa terdapat sebanyak 905 kasus meningitis yang telah dicatat yang berada di tujuh negara pada 8 bagian. Namun, Niamey dan Dosso merupakan tempat terjadinya endemis meningitis sehingga sekolah ditutup untuk mencegah wabah yang semakin meluas.
"Kami memutuskan untuk menutup sekolah-sekolah di wilayah Niamey karena kami sedang ingin memahami bagaimana cara kerja virus ini bisa menjadi wabah," ujar Mano Aghali selaku Menteri Kesehatan Prancis.
Menurutnya, situasi semakin buruk dan tidak terkendali akibat mulai meluasnya wabah yang terjadi. Padahal, seharusnya kondisi meningitis ini bisa terkendali seperti kasus-kasus yang sudah banyak terjadi sebelumnya.
Untuk itu, Nigeria masih membutuhkan stok vaksin untuk mencegah penyakit meningitis. Seperti yang diketahui, meningitis adalah infeksi pada meninges atau selaput yang mengelilingi otak serta sumsum tulang belakang.
Gejalanya bisa berupa sakit kepala parah, demam, mengantuk, leher kaku, muntah, kebingungan dan takut cahaya. Ruam-ruam di kulit yang muncul juga bisa dijadikan salah satu gejala yang harus diwaspadai.